Assalamualaikum wr. wb.
Umat Islam dari segala arah dan penjuru dunia dari sabang sampai
merauke tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara takbir, tasbih, tahmid
dan tahlil.
Bahkan sebagian masyarakat kita, pada malam hari raya Idul Fitri
melakukan takbir keliling yang sudah menjadi budaya. Hal ini sesungguhnya
merupakan manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa, atau sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita
peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama
satu bulan.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ”
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Hiasilah hari rayamu dengan
takbir.”
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas
kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih kita tujukan untuk mensucikan
Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya. Tidak lupa kalimat tahmid
sebagai puji syukur juga kita tujukan untuk rahman dan rahim-Nya yang tidak
pernah pilih kasih kepada seluruh hamba-Nya.
Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita
bahwa Dialah Dzat yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Makna Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan
ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang
akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa.
Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang
artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa
berarti suci.
Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari afthara – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW
yang artinya:”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi
(untuk shalat) pada hari raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma
sebelumnya.” Dalam Riwayat lain: “Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR
Bukhari).
Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian diatas adalah
hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena
itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan
atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul
Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa,
kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan
hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di
bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho
Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq
‘alayh). Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari
iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih) .
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa
berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa
dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri dalam konteks ini berarti
kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang
benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan
Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang
baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang
Artinya“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”
Dalam bahasa Jawa, hari raya Idul Fitri disebut juga dengan
istilah lebaran. Lebaran mengandung maksud lebar-lebur-luber-labur. Lebar
artinya kita akan bisa lebaran dari kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa.
Luber artinya luber dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah
SWT. Labur artinya bersih sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah
puasa, maka hati kita akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa,makanya
wajar kalau mau lebaran rumah-rumah banyak yang di labur hal ini mengandung
arti pembersihan zhahir disamping pembersihan batin yang telah dilakukan.
Adapun terkait hidangan khas waktu lebaran yaitu ketupat, dalam
bahasa Jawa ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan,
bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang
berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Ke
mana pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari
pusatnya yaitu Allah SWT.
Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali
kepada Allah. Rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan
manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah
bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol
kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang cahaya atau
janur adalah sejatine nur atau cahaya. Dalam arti lebih luas berarti keadaan
suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan.
Adapun makna filosofis santen yang ada di masakan ketupat adalah
suwun pangapunten atau memohon maaf. Dengan demikian ketupat ini hanyalah
simbolisasi yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun
dari segala kesalahan hal ini merupakan makna filosofis dari warna putih
ketupat jika dibelah menjadi dua. Sedangkan, janur melambangkan manusia yang
telah mendapatkan sinar ilahiah atau cahaya spiritual/cahaya jiwa.
Anyaman-anyaman diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani
dan rohani.
Pemaknaan hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat positif seperti
menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan
antar sesama makhluk. Silaturahim tidak hanya berbentuk pertemuan formal
seperti Halal bi Halal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke
rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan dan mengikat kerabat.
Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturahim sudah tidak mengenal batas dan
waktu sebab bisa menggunakan jejaring media sosial seperti contoh lewat sms,
update status, inbox di facebook, twiter, yahoo messenger, skype dan
email.
Begitulah pentingnya silaturahim sebagaimana Sabda Rasulullah SAW
yang artinya “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan
keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka
berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah)
Kini kita dengan rasa suka cita dan senang karena kita menyambut
hari kemenagan di samping itu kita juga bercampur sedih, dan dengan linangan
air mata bahagia kita di tinggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah
dan rahmat Allah SWT.
Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita
dapatkan. Kini bulan Ramadhan telah berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh
meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan akhlak
Ramadhan, sehingga 1 Syawal harus menjadi imtidad, lanjutan
Ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab kata syawal itu sendiri
artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam
perjalanan hidup kita.
Hikmah Idul Fitri
Seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya ia akan memiliki
sikap yaitu Pertama, ia tetap istiqomah memegang agama tauhid yaitu islam, ia
tetap akan berkeyakinan bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita
memohon. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan berkata
yang benar,walau kaana murron meskipun perkataan itu pahit. Ketiga, ia tetap
berlaku sebagai abid, yaitu hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada
perintah-Nya sebagai contoh kita harus menghormati kedua orang tua kita baik
orang tua kandung maupun mertua, jikalau sudah meninggal berziarahlah ke tempat
makam mereka untuk mendoaakan agar dilapangkan kuburannya dan diampuni dosanya.
Mudah-mudahan berkat ibadah selama bulan Ramadhan yang dilengkapi
dengan menunaikan zakat fitrah, Insya Allah kita termasuk orang-orang yang
kembali kepada fitrahnya, karena ibadah puasa Ramadhan berfungsi sebagai
tazkiyatun nafsi yaitu mensucikan jiwa dan zakat fitrah berfungsi sebagai
tazkiyatul badan, yaitu mensucikan badan, maka setelah selesai ibadah puasa dan
menunaikan zakat,seorang muslim akan kembali kepada fitrahnya yaitu suci
jiwanya dan suci badanya.
Seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya selain sebagai abid (
hamba Allah ) yang bertakwa, ia juga akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi
peduli kepada lingkungannya. Itulah beberapa indikator dari gambaran seorang
yang kembali kepada fitrahnya setelah selesai menunaikan ibadah shaum Ramadhan
sebulan lamanya, dan itu akan tampak pada dirinya setelah selesai puasa
ramadhan,mulai hari ini dan seterusnya.
Namun bila ketiga ciri fitrah tersebut tidak tampak pada diri
seorang muslim mulai hari ini dan hari-hari berikutnya, maka berarti latihan
dan pendidikan puasa Ramadhan yang telah dilakukannya selama sebulan tidak
berhasil, karena ia tidak mampu kembali kepada fitrahnya. Semoga dengan
kembalinya semua warga masyarakat muslim di negeri ini kepada Fitrahnya,
cita-cita negara kita menjadi Negara yang Adil dan Makmur, Gemah Ripah Loh
Jinawi, Gemah merenah tur tuma’ninah dibawah ridha Allah SWT atau dengan
istilah agama baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Dalam kesempatan berlebaran di hari raya yang suci ini, mari kita
satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa
dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa
yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih
sayang&rasa persaudaraan.
Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri serta senyum yang
manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran
baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak
terdapat kotoran dan noda seraya mengucapkan Minalaidinal faizin. Semoga
Allah SWT, selalu memberikan pertolongan kepada kita. Oleh karena itu marilah
kita jadikan Idul Fitri 1435 ini berbeda dengan Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya
karena kita baru saja telah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan presiden.
Walaupun kemarin beda pilihan itulah seninya berdemokrasi, mari
merajut kembali dan maksimalkan bersilaturahim untuk meminta maaf, memberi maaf
dan menjadi seorang pemaaf. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian merasuk
kembali ke jiwa kita yang telah suci.
0 komentar:
Posting Komentar